Minggu, 28 Maret 2010

Laporan Hasil Observasi

HASIL OBSERVASI

A. SUMBER KEUANGAN SEKOLAH
Sekolah ini memiliki tiga sumber keuangan utama, yaitu dari APBN langsung dari pusat berupa Bantuan Operasional Sekolah (BOS), APBD I (Provinsi) berupa Bantuan Operasional Sekolah (BOS), APBD II (Kabupaten / Kota) atau yang disebut juga sebagai SBB (sekolah Bebas Biaya) di Kota Bekasi. Keterangan lengkap dapat dilihat dalam gambar dibawah dan lampiran.
B. PENGELUARAN SEKOLAH
Pengeluaran rutin sekolah ini dibedakan menjadi dua bagian berdasarkan pos sumber keuangan yang disebut sebelumnya. Dana sumber dari APBN BOS Pusat dan APBD I BOS Provinsi digunakan diantaranya untuk; penerimaan siswa baru, pembelian buku referensi perpustakaan, pembelian buku teks pembelajaran, pembiayaan kegiatan siswa, pembiayaan ulangan-ulangan dan tes siswa, pembelian bahan-bahan habis pakai, pembelian langganan daya dan jasa, pembayaran perawatan sekolah, pembayaran honorarium bulanan, pengembangan profesi guru, pemberian bantuan transportasi siswa miskin, pembiayaan pengelolaan BOS, pembelian komputer, dan pembelian alat-alat peraga.
Sedangkan pengeluaran yang bersumber dari dana APBD II Sekolah Bebas Biaya diantaranya adalah; kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler, kegiatan pembelajaran habis pakai, penunjang saran sekolah, dan pengembangan profesi guru dan aktifitas siswa.
Rincian lengkap didalam pengeluaran yang tersebut diatas dapat dilihat dalam gambar dibawah dan lampiran.




C. PROSES PERENCANAAN KEUANGAN SEKOLAH
Sebelum menentukan pos-pos pengeluaran sekolah yang didasarkan kepada sumber keuangan sekolah tersebut diatas, sekolah perlu melakukan suatu proses perencanaan keuangan sekolah. Sekolah ini melakukan perencanaan keuangan sekolah dimulai dengan menyusun sebuah Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah atau RAPBS yang dilakukan didalam sebuah forum rapat yang diselenggarakan tiap tahunnya dan dihadiri oleh Kepala UPTD Pembinaan SD, Pengawas Sekolah, Komite Sekolah, dan Kepala Sekolah yang bersangkutan. Didalam rapat ini dibahas dan ditentukan RAPBS sekolah untuk tahun yang akan dijalani.
D. ANGGARAN BOS SEKOLAH
Nilai dari masing-masing anggaran BOS yang diterima sekolah ini berbeda-beda tergantung darimana dana BOS itu diterima. Dana BOS APBN Pusat bernilai Rp. 400.000,- tiap tahunnya dikalikan dengan jumlah siswa yang ada di sekolah tersebut. Lalu, dana BOS APBD I Provinsi bernilai Rp. 25.000,- tiap tahunnya dikalikan dengan jumlah siswa yang ada di sekolah tersebut. Terakhir, dana APBD II Sekolah Bebas Biaya bernilai Rp. 21.000,- tiap 12 bulan dikalikan dengan jumlah siswa di sekolah tersebut.
Rincian lengkap didalam anggaran yang tersebut diatas dapat dilihat dalam gambar dibawah dan lampiran.
E. RAPBS SEKOLAH
Rincian lengkap RAPBS dapat dilihat dalam gambar dibawah dan lampiran.





F. GAMBAR DAN LAMPIRAN

Rabu, 06 Januari 2010

MOTIVASI BELAJAR

PENGERTIAN MOTIVASI
Banyak pakar yang merumuskan definisi motivasi sesuai dengan kajian yang diperdalamnya. Rumusannya beraneka ragam, sesuai dengan sudut pandang dan kajian perspektif bidang telaahnya. Namun demikian, ragam definisi tersebut memiliki ciri dan kesamaan. Di bawah ini dideskripsikan beberapa kutipan pengertian motivasi.
Michel J. Jucius (Onong Uchjana Effendy, 1993: 69-70) menyebutkan motivasi sebagai kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki.
Menurut Dadi Permadi (2000: 72) motivasi adalah dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu, baik yang positif maupun yang negatif.
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (2004: 64-65), apa saja yang diperbuat manusia, yang penting maupun kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motivasinya. Ini berarti, apa pun tindakan yang dilakukan seseorang selalu ada motif tertentu sebagai dorongan ia melakukan tindakannya itu. Jadi, setiap kegiatan yang dilakukan individu selalu ada motivasinya.
Lalu, Nasution (2002: 58), membedakan antara motif dan motivasi. Motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi, sehingga seseorang mau atau ingin melakukannya.
Berdasarkan deskripsi-deskripsi para ahli tentang motivasi tersebut di atas, motivasi dapat dirumuskan sebagai sesuatu kekuatan atau energi yang menggerakkan tingkah laku seseorang untuk beraktivitas.
Motivasi dapat diklasifikasikan menjadi dua: (1) motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri, seperti sistem nilai yang dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek lain yang secara internal melekat pada seseorang; dan (2) motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi eksternal yang muncul dari luar diri pribadi seseorang, seperti kondisi lingkungan kelas-sekolah, adanya ganjaran berupa hadiah (reward) bahkan karena merasa takut oleh hukuman.
Dalam kegiatan pembelajaran, perhatian berperan amat penting sebagai langkah awal yang akan memacu aktivitas-aktivitas berikutnya. Dengan perhatian, seseorang berupaya memusatkan pikiran, perasaan emosional atau segi fisik dan unsur psikisnya kepada sesuatu yang menjadi tumpuan perhatiannya. Tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Jadi, seseorang siswa yang menaruh minat terhadap materi pelajaran, biasanya perhatiannya akan lebih intensif dan kemudian timbul motivasi dalam dirinya untuk mempelajari materi pelajaran tersebut.
Di sini, motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai usaha-usaha seseorang (siswa) untuk menyediakan segala daya (kondisi-kondisi) untuk belajar sehingga ia mau atau ingin melakukan proses pembelajaran.
Dengan demikian, motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi siswa itu sendiri (motivasi intrinsik/motivasi internal) dan/atau berasal dari luar diri pribadi siswa (motivasi ekstrinsik/motivasi eksternal). Kedua jenis motivasi ini jalin-menjalin atau kait mengait menjadi satu membentuk satu sistem motivasi yang menggerakkan siswa untuk belajar.
Jelaslah sudah pentingnya motivasi belajar bagi siswa. Ibarat seseorang menjalani hidup dan kehidupannya, tanpa dilandasi motivasi maka hanya kehampaanlah yang diterimanya dari hari ke hari. Tapi dengan adanya motivasi yang tumbuh kuat dalam diri seseorang maka hal itu akan merupakan modal penggerak utama dalam melakoni dunia ini hingga nyawa seseorang berhenti berdetak.







ARTIKEL
1) Pada semester genap tahun 2003/2004, persentase mahasiswa yang terancam DO di Fakultas Psikologi UKWMS sebesar 9,5 persen dari total jumlah mahasiswa. Tingkat ketidakkelulusan mahasiswa pada beberapa matakuliah tertentu juga relatif tinggi, misalnya: pada tahun akademik 2002/2003, persentase mahasiswa yang tidak lulus untuk matakuliah Psikologi Kepribadian I sebesar 38%. Masalah prestasi belajar mahasiswa yang rendah ini harus segera ditangani mengingat tanggung jawab moral dan reputasi Fakultas.

2) Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar mata pelajaran sejarah siswa kelas X SMA Negeri 2 Lumajang terkategori baik (47,3%). Sedangkan kategori motivasi belajar mata pelajaran sejarah yang lain berturut-turut adalah motivasi belajar sejarah yang terkategori sangat baik sebesar 22,8%, terkategori kurang baik sebesar 26,3%, dan yang terkategori tidak baik sebesar 3,5%.

















ANALISIS
1) Artikel 1
Mengingat keterkaitan yang cukup kuat antara prestasi belajar dengan motivasi belajar pada penelitian sebelumnya, timbul dugaan bahwa penyebab prestasi belajar yang rendah di kalangan mahasiswa adalah kurangnya motivasi dalam menjalankan kegiatan belajar. Masih banyak mahasiswa yang mempunyai motivasi kuliah hanya untuk bermain, mendapat uang jajan, ataupun juga untuk bisa berkumpul bersama teman-teman, bukan murni untuk menuntut ilmu. Hal ini wajar terjadi, dikarenakan faktor eksternal yaitu lingkungan dan budaya di kalangan mahasiswa yang semakin berkembang. Era globalisasi dan gaya hidup mahasiswa yang glamor dan gemerlap semakin mengakar dalam kehidupan mereka. Terlebih di kota-kota besar seperti Surabaya ini, pengaruh seperti itu sangat mudah merasuki kehidupan mereka. Lalu, bimbingan orang-orang terdekat dalam memotivasi mereka untuk bisa lebih serius untuk belajar, masih sangat kurang terasa pengaruhnya. Ditambah dari faktor internal, yaitu kesadaran mereka akan pentingnya menuntut ilmu masih sangat kurang. Mereka masih belum menyadari bahwa masa depan mereka sangat ditunjang oleh kemampuan mereka dibidang akademis.












2) Artikel 2
Untuk kasus ini, sebenarnya sangat bisa dilihat bahwa siswa benar-benar memiliki motivasi belajar yang sangat tinggi, terutama dalam mata pelajaran sejarah yang dijadikan bahan survei ini. Salah satu faktor yang membuat hal tersebut terjadi adalah tingginya bimbingan dari orang tua dan guru di sekolah dalam menjaga motivasi anak dan siswanya. Lalu, bila dibandingkan dengan kasus pertama, kasus ini terjadi di Lumajang yang notabene adalah bukan kota besar seperti Surabaya yang ada pada kasus pertama. Siswa di kota-kota kecil cenderung memiliki etos belajar yang tinggi dibandingkan dengan siswa-siswa di kota-kota besar, karena mereka jauh dari sisi-sisi kehidupan dan budaya yang glamor dan gemerlap. Mereka sangat sadar bahwa menuntut ilmu begitu penting bagi masa depan mereka.

SOLUSI
1) Artikel 1
• Orang tua harus bisa lebih dekat dan meluangkan waktu bersama, serta memotivasi secara positif anak-anaknya.
• Dosen-dosen di kampus harus bisa membimbing mahasiswanya yang cenderung terlihat memiliki motivasi belaar yang kurang, mereka harus sensitif melihat hal seperti ini.
• Dosen-dosen harus bisa menciptakan suasana belajar dalam kelas nyaman, aman, dan kondusif yang membuat mahasiswa kerasan didalam kelas.
• Mengadakan suatu diskusi bersama untuk membahas masalah-masalah pendidikan.
• Hendaknya dosen-dosen memberikan tugas yang proporsional dan sesuai dengan kemampuan mahasiswa untuk mencegah mahasiswa mendapat tekanan yang akan mengakibatkan mereka kehilangan motivasi untuk belajar.
• Mahasiswa harus bisa menghilangkan stigma negatif tentang kuliah itu membosankan dan hanya membuang-buang waktu.

2) Artikel 2
• Sekolah harus bisa mempertahankan tren positif yang sudah berjalan dengan baik.
• Lebih meningkatkan mutu pembelajaran dalam kelas.
• Sekolah harus bisa lebih menyeimbangkan siswa yang sudah memiliki motivasi belajar yang baik dengan yang masih kurang.
• Mengadakan bimbingan untuk siswa-siswa yang masih dalam kategori motivasi belajar yang masih kurang.

TRANSLATION

Penelitian yang Mendukung Digunakannya Model Pengembangan Sekolah dan Pelaksanaan Pendidikan Pedagogi untuk Memenuhi Seluruh Kebutuhan Murid

Model Pengembangan Sekolah (MPS) diimplementasikan seluas-luasnya sebagai program yang telah digunakan secara akademis bagi anak murid yang luar biasa dan juga untuk murid pada umumnya. MPS menyediakan pengalaman belajar yang telah diperluas dan standar belajar yang lebih tinggi untuk anak murid melalui tiga tujuan: mengembangkan bakat anak, menuediakan level tinggi dalam pengalaman belajar anak, dan menyediakan pembelajaran yang canggih melalui minat siswa.

Sekarang ini, MPS lebih dikenal sebagai Pembelajaran Renzulli (PR) yang mengutamakan minat siswa, cara belajar, dan hasil belajar lalu mencocokkan hal tersebut menjadi sesuatu yang unik dalam pengalaman belajar siswa. PR juga menawarkan sesuatu untuk membantu siswa dalam membuat proyek didalam belajar dan juga sebagai alat bantu guru untuk mengatasi ketidaksesuaian belajar siswa sehingga guru dapat mendapat kecocokan diantara minat, gaya belajar, dan hasil belajar sisiwa yang mungkin berbeda.

Studi terpisah tentang MPS telah mendemonstrasikan keefektifan dari model ini di sekolah dengan penggunaan pendekatan sosioekonomis dan pola organisai yang tepat. MPS telah diadopsi oleh lebih dari 2.500 sekolah di seluruh negara dan program-program pembelajaran yang menggunakan MPS telah dilaksanakan secara intenasional. Keefektifan dari model ini telah dipelajari selama lebih dari dua puluh tahun melalui riset dan studi lapangan yang berhubungan dengan topik-topik berikut:

1. Riset yang berhubungan dengan Produktivitas Kreatif Siswa (Burns, 1987; Delcourt, 1993; Gubbins, 1982; Newman, 1991; Reis & Renzulli, 1982; Starko, 1986);

2. Riset yang berhubungan dengan Pengembangan Personal dan Sosial (Olenchak, 1991);

3. Penggunaan MPS dalam Populasi Berkebutuhan Khusus (Baum, 1988; Baum, Renzulli, & Hebert, 1999; Emerick, 1988; Taylor, 1992);

4. Penggunaan MPS sebagai Dasar Kurikuler (Karafelis, 1986; Reis, Gentry, & Maxfield, 1998; Reis, 2005; Reis & Forgaty, 2006);

5. Riset yang berhubungan dengan Gaya Belajar dan Kurikulum (Imbeau, 1991; Reis, 1993); dan

6. Riset Longitudinal terhadap MPS (Delcourt, 1993; Hebert, 1993; Westberg, 1999).

Riset-riset dalam MPS tersebut menyebutkan bahwa model tersebut sangat efektif dalam memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi terhadap siswa dengan menggunakan bermacam-macam cara yang bisa membuat siswa lebih memahami masalah di sekolah. Studi-studi tersebut juga menyebutkan bahwa pedagogi didalam MPS dapat digunakan sebagai jalan menuju prestasi belajar siswa jika dilaksanakan dalam pola belajar yang luas dan beragam. Penjabaran tentang hal-hal ini dapat dilihat dalam Tabel 1, serta pembahasan lanjutan berikut.

Tabel 1

Rangkuman Hasil Riset tentang Studi yang berhubungan dengan MPS dan Pembelajaran Renzulli

Pengarang, Tahun

Judul

Sampel / Contoh

Hasil Riset

Produktivitas Kreatif Siswa

Gubbins, 1982

Model: Karakter dari Bakat Siswa

E

N=770

· Konsep diri yang akademik memperkirakan keterlibatan siswa dengan hasil perkembangan; banyak siswa yang tidak bisa mengatur waktu dan memiliki masalah dalam mengembangkan ide.

Reis, 1981

Sebuah Analsis dari Produktivitas Siswa Luar Biasa didalam Partisipasi Belajar

E

N=1,280

· Siswa yang memiliki bakat luas (5-20%) menghasilkan kualitas yang sama jika dibandingkan dengan siswa diatas 3-5% dari populasi.

Schack, 1986; Starko & Burns, 1991

Produktivitas Kreatif dan Kemampuan Diri didalam Siswa

E,M

N=294

· Kemampuan diri adalah faktor penting didalam investigasi independen

Starko, 1986

Efek Model Identifikasi terhadap Produktivitas Kreatif dan kemampuan Siswa

E

N=103

· Jumlah hasil kreatif yang terdapat di sekolah memiliki peran yang signifikan dalam meprediksi kemampuan diri siswa

Baum, 1988

Program Pengembangan untuk Siswa Luar Biasa yang Memiliki Kesulitan Belajar

E

N=7

· Studi Tipe III digunakan sebagai intervensi dengan kemampuan tinggi, memahami siswa yang memilki keterbatasan, meningkatkan perilaku siswa, dan dalam menigkatkan kepercayaan diri siswa.

Newman, 1991

Dampak dari Model Bakat yang Tak Terbatas terhadap Produktivitas Siswa Kreatif

E

N=147

· Siswa yang telah dilatih didalam Model Bakat Terbatas lebih suka mengadakan investigasi independen dibandingakn siswa yang tidak mengikuti latihan.

Hebert, 1993

Dampak Jangka Panjang dari Pengalaman Sekolah Dasar terhadap Produktifitas Kreatif

S

N=9

· Lima Penemuan Utama: Minat Siswa Tipe III menyebabkan rencana sekunder, hasil kreatif diperlukan di sekolah, pengurangan kreativitas selama dalam pengalaman belajar, Tipe III menghasilkan latihan yang bagus untuk produktivitas lanjutan, karakter non-intelektual dengan siswa tetap konsisten.

Delcourt, 1993

Produktivitas Kreatif diantara Siswa Sekolah Tingkat Dua: Mengkombinasikan antara Energi, Minat, dan Imajinasi

S

N=18

· Riset mendukung konsep bahwa orang dewasa dan pemuda dapat menjadi produser informasi, sebaik konsumen.

Westberg, 1999

Pembelajaran Longitudinal dari Siswa yang Berpartisipasi didalam Program berdasarkan pada Trias Model Pengembangan

E,S

N=15

· Siswa mempertahankan minat dalam wktu lama dan tetap terlibat didalam pekerjaan yang kreatif dan produktif.

Populasi Spesial dan Isu Afektif

Baum, 1988

E

N=112

· MPS merekomendasikan sebgai salah satu cara untuk mencocokkan kebutuhan khusus yang unik pada diri siswa luar biasa dengan kekurangmampuan dalam belajar.

Baum, Hebert, & Renzulli, 1999

Siswa yang Memiliki Keterbelakangan

E,M

N=17

· Mengetahui ketidakmampuan yang berkebalikan melalui penggunaan MPS Tipe III

Emerick, 1988

Kekurangan Prestasi Akademik pada Siswa Luar Biasa

H+

N=10

· Untuk mengatasi masalah kekurangan prestasi akademik pada siswa luar biasa, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan:

1. Minat kepada hal di luar sekolah

2. Orang Tua

3. Tujuan yang berhubungan dengan prestasi akademik

4. Guru

5. Perubahan dari diri sendiri

Olenchak, 1991

Dampak Pelaksanaan Program terhadap Siswa Luar Biasa

P,E

N=108

· Studi mendukung penggunaan MPS sebagai alat pencocokkan kebutuhan pendidikan dengan kemampuan siswa.

Heal, 1989

Persepsi Siswa Luar Biasa: Sebuah Analisis Studi Kasus Perbandingan

E

N=149

· MPS diasosiasikan dengan pengurangan didalam efek negatif pelabelan.

Reis, Schader, Milne, & Stephens, 2003

Musik dan Pikiran: Penggunaan Pengembangan Bakat untuk Pemuda Dewasa dengan Sindrom Williams

S

N=16

· Penggunaan pengembangan bakat yang berpusat pada minat, kekuatan, dan gaya belajar untuk bisa menjadi sukses dengan Sindrom Williams

MPS sebagai Pengaplikasian terhadap Perubahan Sekolah

Olenchak, 1988

Perubahan Sekolah melalui Pendidikan Luar Biasa: dampak terhadap Perilaku Siswa Sekolah Dasar dalam Belajar

P,E

N=1,935

· Perubahan positif perilaku siswa melalui pembelajaran luar biasa dan sekolah pada umumnya.

Olenchak, 1988; Olenchak & Renzulli, 1989

Model Pengembangan Sekolah dalam Sekolah Dasar: Sebuah Studi dari Tahapan Implementasi dan Dampak terhadap Pendidikan

P,E

N=236 guru

N=1,698 murid

· MPS berkontribusi terhadap peningkatan perilaku dari guru, orang tua, dan administrator melalui pendidikan untuk siswa yang memiliki kemampuan tinggi.

Cooper, 1983

Perilaku Administrator terhadap Program Luar Biasa yang berdasarkan pada Tiras Model Pengembangan: Studi Kasus dalam Pengambilan Keputusan

8 daerah

N=32

· Administrator menemukan bahwa MPS mempunyai dampak tehrhadap siswa.

Reis, Gentry, & Maxfield, 1998

E

2 sekolah

N=120 guru

· Metode digunakan oleh guru yang meliputi: isi dan metode yang canggih, kosakata yang banyak, perangkat disiplin otentik, referensi terpercaya, dan pemecahan masalah.

Modifikasi Kurikulum; Tipe Pembelajaran dan Hasil

Imbeau, 1991

Perilaku Guru melalui Penyesuaian Kurikulum

P,E,M,S

N=166

· Perbandingan antara perilaku guru melalui penyesuaian kurikulum yang mengindikasikan kebutuhan tambahan terhadap variabel yang mendukung digunakannya penyesuaian strategi penataan ruang kelas.

Kettle, Renzulli, & Rizza, 1997

Menjelajahi Instrumen Ekspresi

E,M

N=3,532

· Sebelas faktor prosedur analisis: komputer, servis, dramatisasi, artistik, audi/visual, tulisan, komersial, oral, manipulasi, musikal, dan vokal.

Pengaplikasian MPS didalam Kurikulum dan Hubungannya terhadap Peningkatan Prestasi

Karafells, 1986

Dampak dari “Tri-Art Drama” Kurikulum terhadap Kemampuan Membaca Siswa dengan Ragam Tingkatan Kemampuan Kognitif

E,M

N=80

· Siswa mendapatkan pelakuan tentang pengalaman yang dengan baik dilakukan dalam tujuan mendapat prestasi.

Eleck, 2005

Mengimplementasikan Pembelajaran Renzulli didalam Pengembangan Program dan Kelas

E,M

N=200

· Siswa yang didalam program lanjutan dengan sukses menggunakan Pembelajaran Renzulli dengan sumber daya yang bermutu.

Eleck, 2006

Sebuah Studi Kasus tentang Proses Pembelajaran Menggunakan Pembelajaran Renzulli sebagai Referensi

E,M

N=200

· Setelah 16 minggu, siswa yang berpartisipasi didalam Pembelajaran Renzulli 2-3 jam per minggu mendemonstrasikan pertumbuhan yang lebih tinggi dalam kemampuan membaca dibanding siswa yang tidak mengikuti Pembelajaran Renzulli.

*P= Tingkat primer, K-2; E=Tingkat dasar, 3-5; M=Tingkat menengah, 6-8; H=Sekolah tingkat menengah atau tingkat tinggi, 9-12; PS=Tingkat lanjut