Rabu, 06 Januari 2010

MOTIVASI BELAJAR

PENGERTIAN MOTIVASI
Banyak pakar yang merumuskan definisi motivasi sesuai dengan kajian yang diperdalamnya. Rumusannya beraneka ragam, sesuai dengan sudut pandang dan kajian perspektif bidang telaahnya. Namun demikian, ragam definisi tersebut memiliki ciri dan kesamaan. Di bawah ini dideskripsikan beberapa kutipan pengertian motivasi.
Michel J. Jucius (Onong Uchjana Effendy, 1993: 69-70) menyebutkan motivasi sebagai kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki.
Menurut Dadi Permadi (2000: 72) motivasi adalah dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu, baik yang positif maupun yang negatif.
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (2004: 64-65), apa saja yang diperbuat manusia, yang penting maupun kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motivasinya. Ini berarti, apa pun tindakan yang dilakukan seseorang selalu ada motif tertentu sebagai dorongan ia melakukan tindakannya itu. Jadi, setiap kegiatan yang dilakukan individu selalu ada motivasinya.
Lalu, Nasution (2002: 58), membedakan antara motif dan motivasi. Motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi, sehingga seseorang mau atau ingin melakukannya.
Berdasarkan deskripsi-deskripsi para ahli tentang motivasi tersebut di atas, motivasi dapat dirumuskan sebagai sesuatu kekuatan atau energi yang menggerakkan tingkah laku seseorang untuk beraktivitas.
Motivasi dapat diklasifikasikan menjadi dua: (1) motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri, seperti sistem nilai yang dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek lain yang secara internal melekat pada seseorang; dan (2) motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi eksternal yang muncul dari luar diri pribadi seseorang, seperti kondisi lingkungan kelas-sekolah, adanya ganjaran berupa hadiah (reward) bahkan karena merasa takut oleh hukuman.
Dalam kegiatan pembelajaran, perhatian berperan amat penting sebagai langkah awal yang akan memacu aktivitas-aktivitas berikutnya. Dengan perhatian, seseorang berupaya memusatkan pikiran, perasaan emosional atau segi fisik dan unsur psikisnya kepada sesuatu yang menjadi tumpuan perhatiannya. Tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Jadi, seseorang siswa yang menaruh minat terhadap materi pelajaran, biasanya perhatiannya akan lebih intensif dan kemudian timbul motivasi dalam dirinya untuk mempelajari materi pelajaran tersebut.
Di sini, motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai usaha-usaha seseorang (siswa) untuk menyediakan segala daya (kondisi-kondisi) untuk belajar sehingga ia mau atau ingin melakukan proses pembelajaran.
Dengan demikian, motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi siswa itu sendiri (motivasi intrinsik/motivasi internal) dan/atau berasal dari luar diri pribadi siswa (motivasi ekstrinsik/motivasi eksternal). Kedua jenis motivasi ini jalin-menjalin atau kait mengait menjadi satu membentuk satu sistem motivasi yang menggerakkan siswa untuk belajar.
Jelaslah sudah pentingnya motivasi belajar bagi siswa. Ibarat seseorang menjalani hidup dan kehidupannya, tanpa dilandasi motivasi maka hanya kehampaanlah yang diterimanya dari hari ke hari. Tapi dengan adanya motivasi yang tumbuh kuat dalam diri seseorang maka hal itu akan merupakan modal penggerak utama dalam melakoni dunia ini hingga nyawa seseorang berhenti berdetak.







ARTIKEL
1) Pada semester genap tahun 2003/2004, persentase mahasiswa yang terancam DO di Fakultas Psikologi UKWMS sebesar 9,5 persen dari total jumlah mahasiswa. Tingkat ketidakkelulusan mahasiswa pada beberapa matakuliah tertentu juga relatif tinggi, misalnya: pada tahun akademik 2002/2003, persentase mahasiswa yang tidak lulus untuk matakuliah Psikologi Kepribadian I sebesar 38%. Masalah prestasi belajar mahasiswa yang rendah ini harus segera ditangani mengingat tanggung jawab moral dan reputasi Fakultas.

2) Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar mata pelajaran sejarah siswa kelas X SMA Negeri 2 Lumajang terkategori baik (47,3%). Sedangkan kategori motivasi belajar mata pelajaran sejarah yang lain berturut-turut adalah motivasi belajar sejarah yang terkategori sangat baik sebesar 22,8%, terkategori kurang baik sebesar 26,3%, dan yang terkategori tidak baik sebesar 3,5%.

















ANALISIS
1) Artikel 1
Mengingat keterkaitan yang cukup kuat antara prestasi belajar dengan motivasi belajar pada penelitian sebelumnya, timbul dugaan bahwa penyebab prestasi belajar yang rendah di kalangan mahasiswa adalah kurangnya motivasi dalam menjalankan kegiatan belajar. Masih banyak mahasiswa yang mempunyai motivasi kuliah hanya untuk bermain, mendapat uang jajan, ataupun juga untuk bisa berkumpul bersama teman-teman, bukan murni untuk menuntut ilmu. Hal ini wajar terjadi, dikarenakan faktor eksternal yaitu lingkungan dan budaya di kalangan mahasiswa yang semakin berkembang. Era globalisasi dan gaya hidup mahasiswa yang glamor dan gemerlap semakin mengakar dalam kehidupan mereka. Terlebih di kota-kota besar seperti Surabaya ini, pengaruh seperti itu sangat mudah merasuki kehidupan mereka. Lalu, bimbingan orang-orang terdekat dalam memotivasi mereka untuk bisa lebih serius untuk belajar, masih sangat kurang terasa pengaruhnya. Ditambah dari faktor internal, yaitu kesadaran mereka akan pentingnya menuntut ilmu masih sangat kurang. Mereka masih belum menyadari bahwa masa depan mereka sangat ditunjang oleh kemampuan mereka dibidang akademis.












2) Artikel 2
Untuk kasus ini, sebenarnya sangat bisa dilihat bahwa siswa benar-benar memiliki motivasi belajar yang sangat tinggi, terutama dalam mata pelajaran sejarah yang dijadikan bahan survei ini. Salah satu faktor yang membuat hal tersebut terjadi adalah tingginya bimbingan dari orang tua dan guru di sekolah dalam menjaga motivasi anak dan siswanya. Lalu, bila dibandingkan dengan kasus pertama, kasus ini terjadi di Lumajang yang notabene adalah bukan kota besar seperti Surabaya yang ada pada kasus pertama. Siswa di kota-kota kecil cenderung memiliki etos belajar yang tinggi dibandingkan dengan siswa-siswa di kota-kota besar, karena mereka jauh dari sisi-sisi kehidupan dan budaya yang glamor dan gemerlap. Mereka sangat sadar bahwa menuntut ilmu begitu penting bagi masa depan mereka.

SOLUSI
1) Artikel 1
• Orang tua harus bisa lebih dekat dan meluangkan waktu bersama, serta memotivasi secara positif anak-anaknya.
• Dosen-dosen di kampus harus bisa membimbing mahasiswanya yang cenderung terlihat memiliki motivasi belaar yang kurang, mereka harus sensitif melihat hal seperti ini.
• Dosen-dosen harus bisa menciptakan suasana belajar dalam kelas nyaman, aman, dan kondusif yang membuat mahasiswa kerasan didalam kelas.
• Mengadakan suatu diskusi bersama untuk membahas masalah-masalah pendidikan.
• Hendaknya dosen-dosen memberikan tugas yang proporsional dan sesuai dengan kemampuan mahasiswa untuk mencegah mahasiswa mendapat tekanan yang akan mengakibatkan mereka kehilangan motivasi untuk belajar.
• Mahasiswa harus bisa menghilangkan stigma negatif tentang kuliah itu membosankan dan hanya membuang-buang waktu.

2) Artikel 2
• Sekolah harus bisa mempertahankan tren positif yang sudah berjalan dengan baik.
• Lebih meningkatkan mutu pembelajaran dalam kelas.
• Sekolah harus bisa lebih menyeimbangkan siswa yang sudah memiliki motivasi belajar yang baik dengan yang masih kurang.
• Mengadakan bimbingan untuk siswa-siswa yang masih dalam kategori motivasi belajar yang masih kurang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar